Akademi ARKIPEL 2018

Akademi ARKIPEL 2018

Pada tanggal 24 – 28 Januari 2018, Forum Lenteng lewat program ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival kembali mengadakan Akademi ARKIPEL untuk kali kedua di Puncak, Bogor. Akademi ini diselenggarakan dalam bentuk lokakarya, dengan mengundang sejumlah pemateri yang kredibel di bidang perfileman, dan melibatkan sejumlah partisipan yang diseleksi dari 160 para pendaftar oleh Yuki Aditya (Direktur ARKIPEL) dan Manshur Zikri (salah satu kurator ARKIPEL).

Para partisipan yang terdiri dari para penulis (kritik filem) dan para pembuat filem tersebut, antara lain:

  1. Ali Bayanudin Kilbaren, pembuat filem (Ambon)
  2. Rachmat Hidayat Mustamin, penulis dan pembuat filem, asal (Makassar/Surakarta)
  3. Theresa Farah Umaratih, pembuat filem (Tangerang)
  4. Ahmad Humaedi, pembuat filem (Lombok Utara)
  5. Naufal Amar, pembuat filem (Surabaya)
  6. Luthfan Nur Rochman, pembuat filem (Jakarta)
  7. Sulthana Dzakaria Drajat, pembuat filem (Solo)
  8. Dito Ardhi, pembuat filem (Solo)
  9. Anggy Rusidi, penulis (Bukit Tinggi)
  10. Haris Fadli, penulis (Medan)
  11. Dini Adanurani, penulis (Jakarta)
  12. Hardiawan Prayoga, penulis (Yogyakarta)
  13. Muhaimin Nurrizqy, penulis (Padang)
  14. Delva Rahman, penulis dan pembuat filem (Solok)

Di Akademi tersebut, para partisipan mendapatkan materi, antara lain mencakup tentang “Estetika, Aktivisme, dan Eksperimentasi dalam Sinema”—yang dibagi menjadi beberapa sub-materi: “Kekayaan Khazanah Seni di dalam Sinema” (oleh Hafiz Rancajale); “Produksi Sinema sebagai Aktivisme dan Pendidikan” (Otty Widasari); “Sinema Eksperimental: Sejarah dan Perkembangannya Kini” (oleh Hafiz Rancajale); dan “Expanded Cinema” (oleh Mahardika Yudha)—dan “Manajemen Produksi Filem dan Pengembangan Skenario”—yang dibagi menjadi sub-materi tentang “Manajemen Produksi dan Keberpihakan Estetis” (oleh Yosep Anggi Noen); “Penyusunan Skenario dan Relevansi Riset bagi Produksi Filem” (oleh Dirmawan Hatta); dan “Esensi Skenario dalam Produksi Dokumenter” (oleh D. S. Nugraheni).

Para pemateri yang terlibat dalam Akademi ARKIPEL 2018 ini, antara lain:

Yosep Anggi Noen, sutradara asal Yogyakarta, yang juga mengajar disiplin perfileman di Universitas Multimedia Nusantara. Menamatkan studi Komunikasi di Universitas Gajah Mada. Filem yang ia sutradarai, antara lain Istirahatlah Kata-kata (2016), Genre Sub Genre (2014), A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One (2013) dan Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya (2012) dan Hujan Tak jadi Datang (2009).

Dirmawan Hatta, seorang pegiat teater, penulis, dan pembuat filem. Ia juga kerap menyelenggarakan lokakarya tentang dokumenter di beberapa daerah. Membuat filem panjang berjudul Toilet Blues (2014) dan Optatissimus (2013). Ia juga menulis skrenario untuk beberapa filem, antara lain May (2008), King (2009), The Mirror Never Lies (2011), dan Keumala (2012).

Dwi Sujanti Nugraheni, seorang aktivis, peneliti, dan pembuat dokumenter. Ia kerap menyelenggarakan lokakarya video untuk kawula muda, dan juga salah satu pengelola Festival Film Dokumenter di Yogyakarta (sejak tahun 2017 menjadi salah satu anggota Board FFD). Filem dokumenternya yang terkenal, berjudul Denok & Gareng, diproduksi tahun 2012.

Otty Widasari, seorang seniman, penulis, pembuat filem, dan salah satu pendiri Forum Lenteng. Ia juga Direktur Program Pendidikan dan Pemberdayaan Media Berbasis Komunitas (AKUMASSA). Menamatkan pendidikan Seni di Institut Kesenian Jakarta tahun 2013.

Hafiz Rancajale, seorang seniman, kurator, pembuat filem, dan salah satu pendiri Forum Lenteng. Menamatkan pendidikan Seni di Institut Kesenian Jakarta tahun 1994. Ia juga Direktur Artistik dari ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival.

Mahardika Yudha, seorang peneliti, seniman, kurator, dan pembuat filem, serta salah satu pendiri Forum Lenteng. Ia juga Koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan Forum Lenteng. Tahun 2018, bersama dua koleganya, Syaiful Anwar dan Afrian Purnama, ia merilis filem dokumenter, berjudul Golden Memories: petite histoire of Indonesian Cinema.

Year
2018

Bogor, Indonesia

X