Menghadirkan praktik visual Milisifilem Collective dan hasil karya residensi seniman muda Forum Lenteng, pameran Metasandi digelar pada tanggal 25 September – 3 Oktober 2024 di Galerikertas, Studiohanafi. Tema kuratorial Metasandi diusung sebagai upaya untuk memetakan metode pembelajaran visual secara teknis, serta untuk menelaah kesadaran politis yang dilahirkannya. Hasil dari proses selama enam bulan dari beberapa angkatan mengekstraksi cetak biru dari praktik visual tersebut dan tawaran akan signifikansinya. Dimulai dari garis di nirmana, kolase, sketsa sampai gambar bergerak, karya-karya 12 partisipan dari berbagai angkatan dipilih bersama, yang dipandu oleh Dyah Nindyasari dan Wildan Iltizam selaku kurator, juga Adi Osman selaku direktur artistik. Dalam karya yang terpilih, garis yang bekerja sebagai satuan dasar visual dimaknai kembali, sebagai sesuatu yang tidak terlepas dari pengalaman ketubuhan dan bagasi pengetahuan dari setiap partisipan. Kemudian kedua hal ini disandikan dalam garis tersebut, yang juga ditunjang oleh ekosistem kritik Milisifilem Collective yang intensif. Ke-12 partisipan yang ikut serta adalah Adi Osman, Ali Satri Efendi, Ananta Wijayarana, Azhar Arrival, Dahlan Khatami, Dyah Nindyasari, Helmi Yusron, Panji Anggira, Rahmat Gunawan, Syarifa Amira Satriputri, Van Luber Parensen, dan Wildan Iltizam. Presentasi karya lukis empat seniman muda dari Angkatan Teratai (VII), Ilham Natsir (Mamuju), Rahmania Nerva (Depok), Riyan Kelana (Solok), dan Tuba Fallopi (Limo Puluah Koto), menjadi pengembangan dari metode pembelajaran. Program residensi berlangsung selama satu bulan (5 September – 5 Oktober 2024) di Forum Lenteng, di mana para seniman diberikan tantangan baru yaitu kuas dan kanvas untuk menemukan esensi dari melukis pada situasi kontemporer. Selama bergulat dengan medium baru, bagaimana goresan dari garis berubah menjadi bidang dari kuas, setiap seniman tidak hanya menyandikan apa yang diluar, tetapi juga memulai perjalanan pemetaan diri sendiri, secara praktik dan khususnya secara pengkaryaan dari kepengarangan (authorship). Sebagai metode, pengalaman lokasi dari terjun ke pasar dan performativitas kebersamaan dari diskusi yang mendalam, menjadi pemantik untuk eksperimentasi visual para seniman. Pameran yang berlangsung selama seminggu ini tidak berdiri sendiri, tetapi juga menghadirkan program publik seputar pendidikan yang gratis dan melibatkan komunitas setempat. Pemutaran film menjadi salah satu bagian dari rangkaian program, yang mempertunjukan Bellissima (1952), Pather Panchali (1955), dan Mahal (1949). Kemudian, tema pendidikan alternatif juga diangkat dalam diskusi panel pada 27 September. Diskusi tersebut melibatkan Adinda Luthfianti (Teater Anak Studiohanafi, Dewan Kesenian Jakarta) sebagai pengajar, Rifki AP (Kunci Study Forum & Collective) sebagai praktisi, dan Dyah Nindyasari (Milisifilem Collective) sebagai partisipan. Dimoderatori oleh Wildan Iltizam (kurator Metasandi), masing-masing narasumber berbagi tentang pengalaman, perspektif, kendala serta potensi yang ada dari upaya menghadirkan ruang untuk pendidikan (seni) alternatif di Indonesia, diikuti dengan sesi tanya-jawab. Lokakarya kolase yang dibuka untuk umum dan mengundang komunitas teater anak juga dilaksanakan pada 28 September, difasilitasi oleh partisipan Milisifilem Collective. Pada 29 September, Ilham Natsir dan Rahmania Nerva membahas buku “S untuk Sinema”, yang terbentuk dari hasil diskusi film Angkatan Teratai, terkait proses penulisan bersama dan relevansi dari mengkaji sejarah sinema. Mengkaji kembali proses pengkaryaan, Hanafi membuka ruang untuk publik dan partisipan untuk mempresentasikan karya mereka untuk dibahas bersama pada 2 Oktober. Pameran Metasandi yang mencakup pemetaan metode, presentasi eksperimentasi visual residensi, serta rangkain program publik ini merangkum visi Forum Lenteng dan Milisifilem Collective dalam melihat aksesibilitas dan tawaran baru dalam pendidikan. Tahun Jakarta, Indonesia
2024
Metasandi – Pameran Milisifilem Collective & Seniman Residen Forum Lenteng