Pada tanggal 11 – 16 Oktober 2021, Jatiwangi art Factory menyelenggarakan Terracotta Triennale untuk pertama kalinya. Dengan kurator Ismal Muntaha dan Hafiz Rancajale, triennale ini menjadi tindakan kolektif lanjutan dari aspirasi jangka panjang Kota Terakota sebagai salah satu perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Majalengka. Sebagai sebuah perhelatan seni, triennale ini mengundang berbagai partisipan lintas disiplin; seniman, arsitek, arkeolog, pemangku kebijakan, keramikus, juga komunitas/kolektif, yang dibayangkan berlaku sebagai aktor-aktor pembangunan dan secara aktif menjadikan pendekatan artistik sebagai bagian dari perencanaan wilayah. Mengambil tema “Doa Tanah”, triennale ini menjadi momen reflektif dalam melihat tanah sebagai sebuah konsep terkait kedaulatan, nilai kultural, spiritual, hingga peningkatan kualitas lingkungan, pemeliharaan sumber daya, juga pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Candikala, proyek yang diinisiasi oleh Forum Lenteng, menjadi salah satu partisipan seniman dalam Terracotta Triennale. Proyek Candikala adalah sebuah upaya dokumentasi dan rekontekstualisasi peninggalan budaya Indonesia klasik (masa Hindu-Buddha) melalui film dokumenter, karya seni, dan tulisan. Anggota yang berpartisipasi dalam karya ini antara lain Luthfan Nur Rochman, Dhanurendra Pandji, Wahyu Budiman Dasta, dan Dini Adanurani. Dalam karya yang berjudul Terracotta Connection (Pilot Project): Silsilah Tanah, Candikala mempresentasikan riset yang telah dilakukan terkait kebudayaan terakota di Pantai Utara. Kesamaan artefak terakota dan metode pembangunan struktur percandian menjadi benang merah yang dapat menjadi basis bagaimana kebudayaan terakota hari ini dapat terbentuk di Jatiwangi. Riset yang baru berjalan ini menjadi sebuah proposal untuk sebuah proyek penelitian panjang yang membedah imajinasi kebudayaan tanah lewat genealogi atau silsilah kebudayaan tanah, diplomasi tanah, dan estetika dan teknologi terakota kawasan. Terracotta Triennale juga menyelenggarakan simposium bertajuk “Mengimajinasikan Kebijakan Publik Kota Terakota”. Simposium ini mencoba merumuskan berbagai model baru dalam pembangunan wilayah yang lebih berkelanjutan dan inklusif, di mana seni dengan cara pandang kulturalnya memungkinkan terbukanya akses bagi berbagai komunitas warga untuk terlibat secara aktif dalam perumusan kebijakan publik, pembangunan ekonomi, ekologi, juga kebudayaan. Simposium ini berlaku sebagai ruang pertemuan antara pemerintahan, para ahli, akademisi, budayawan, pengusaha dan komunitas untuk merumuskan kesepakatan baru perihal keberlanjutan wilayah. Panel-panel dalam simposium ini dibayangkan sebagai upaya membuat rekomendasi baru dari kebijakan publik yang diharapkan dapat dilanjutkan menjadi rencana kerja untuk diimplementasikan bersama, setidaknya melalui Kota Terakota di Majalengka. Panel ini berlangsung selama 13 – 14 Oktober 2021, dirancang oleh Pychita Julinanda dan Dini Adanurani bekerja sama dengan warga Jatiwangi art Factory. Tahun Majalengka, Indonesia
2021
Candikala Berpameran di Terracotta Triennale