Diskusi “Proyek Seni Ambangan” – Cemeti, Yogyakarta

Diskusi “Proyek Seni Ambangan” – Cemeti, Yogyakarta

Setelah diadakannya performance selama 72 Jam oleh para partisipan proyek Ambangan, pada Selasa, 17 Maret 2020 diadakan Kelompok Diskusi Terarah (Focus Group Discussion) tentang proyek Ambangan tersebut. Datang sebagai pembahas, Helly Minarti dan Gatari Surya Kusuma. Helly Minarti adalah seorang kurator independen. Ia menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Roehampton, London, Inggris. Gatari Surya Kusuma adalah seorang peneliti yang fokus pada eksplorasi metode belajar dalam kerja kolektif.

Diskusi tersebut awalnya direncanakan sebagai diskusi publik yang terbuka untuk masyarakat umum. Akan tetapi dengan situasi yang tidak kondusif, dan demi mencegah penyebaran virus Covid-19, kegiatan diskusi publik diubah menjadi Kelompok Diskusi Terarah yang tertutup antara kurator dan pembahas.

Diskusi dibuka oleh Manshur Zikri selaku kurator Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat. Zikri memberikan pengantar tentang ide gotong royong yang sekarang banyak diangkat dalam penelitian dan acara-acara kesenian. Ia menyebutkan, bahwa istilah gotong royong merupakan istilah yang tidak bisa dijelaskan atau diartikulasikan, melainkan harus dialami untuk bisa memahami, dan bahwa proyek Ambangan ini dilihat sebagai hal untuk memahami ide tersebut. Selanjutnya, Anggraeni Dwi Widhiasih dan Prashasti Wilujeng Putri mendapat kesempatan untuk memaparkan ide dari proyek Ambangan, dan bagaimana proses mengembangkan karya ini. Penjelasan tentang Milisifilem Collective pun dipaparkan mengingat proyek ini juga merupakan upaya untuk membaca kembali latar belakang pola kerja yang membentuk platform pendidikan di Forum Lenteng, salah satunya adalah Milisifilem Collective.

Pembahasan dilanjutkan oleh Gatari Surya Kusuma. Ia pernah melakukan observasi di 69 Performance Club dan Milisifilem Collective. Menurutnya, jiwa yang kuat dari platform yang ada di Forum Lenteng tersebut adalah soal belajar bersama-sama. Terdapat dua hal yang selalu ada dalam platform di Forum Lenteng, yaitu intuisi dan rasa, dan pendisiplinan tubuh. Intuisi dan rasa yang dimaksud Gatari adalah konstruksi yang terus-menerus dibangun di kepala masing-masing partisipan sehingga spontanitas dan “intuisi” yang dihasilkan kemudian merupakan hasil dari kebiasaan mengkonstruksi yang telah diasah. Sedangkan, pendisiplinan tubuh ini dimaksud dengan pola belajar saling mengkritik, pola belajar yang menuntut para partisipan untuk melihat langsung apa yang terjadi di lapangan dan melakukan seleksi dalam membuat sketsa di ruang publik, seperti Stasiun Jakarta Kota, Pasar Pasar Minggu, dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Proyek Ambangan ini merupakan bentuk seleksi pula terutama dengan adanya aturan-aturan jadwal makan, tidur, dan menempel karya. Proyek Ambangan ini juga merupakan pendisiplinan tubuh karena terdapat kesadaran untuk merekam sekelilingnya. Di sini, dengan menciptakan aktivitas tersebut, para partisipan proyek Ambangan ini melakukan penciptaan ruang kelas.

Kemudian, Helly Minarti menuturkan, bahwa akan menarik jika muncul pembahasan lebih jauh tentang irisan antara “ruang” dan “tempat” dalam proyek ini. Ia menekankan, bahwa bagaimana konsep belajar bersama yang ada di Forum Lenteng, yaitu di Jakarta, dipindahkan ke ruang yang punya nilai dan narasinya sendiri, seperti Galeri Cemeti ini. Akan menarik apabila mempertemukan narasi tersebut dengan narasi Ambangan itu sendiri. Dalam melihat proyek Ambangan, ia mempertanyakan tentang kolektivitas macam apa yang ada di proyek Ambangan ini, serta bagaimana pengetahuan bisa didapatkan dari yang sehari-hari.

Video dokumentasi dari diskusi ini akan diunggah di kanal YouTube 69 Performance Club dan Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat.

Tahun
2020

Yogyakarta, Indonesia

X