Lihat dokumentasi 360 dari pameran ini di https://galnasonline.id/partisan/galeri-360 Otty Widasari berangkat dari kesadaran bahwa media menjadi kunci penting dalam membaca bagaimana peradaban bekerja. Perkembangan teknologi media mempengaruhi bagaimana narasi diciptakan, dibentuk, dikomunikasikan, hingga diestetisasi untuk warga. Kendali narasi itu, yang baik oleh rezim, konglomerat, dan oligarki, diperlakukan sebagai corong narasi yang telah diseleksi sesuai kepentingan ideologi dan kapitalnya. Namun, teknologi media membawa optimisme yang membuka kemungkinan inklusivitas dan vernakularitas dari media: bersatunya alat perekam dan proyeksi/presentasi dan berbagai kemungkinan distribusinya lewat internet. Babak baru dalam sejarah media ini menjadikan warga yang sebelumnya mengkonsumsi menjadi seorang produser. Para gatekeeper atas pengetahuannya pun runtuh, warga bebas dari referensi historis maupun teknologis atas perangkat tersebut. Titik belokkan dari praktik artistik dan aktivisme Otty Widasari dapat kita lihat semenjak berdirinya Forum Lenteng, dan proyek yang ia pimpin dan kerjakan sampai sekarang, Akumassa. Sebagai kelompok studi yang berangkat dari mempelajari isu sosial budaya di masyarakat lewat perkembangan seni dan media, Forum Lenteng meniatkan Akumassa sebagai tahap diseminasi lanjut dari kajiannya sekaligus memperluas jejaringnya. Akumassa berangkat dari program pemberdayaan masyarakat lewat media di berbagai lokasi di Indonesia. Bertolak dari situasi bermedia tersebut, Akumassa menjadikan narasi warga sebagai suara jenial atas sebuah lokasi tempatnya tinggal, mengaktivasi agensi mereka untuk berbicara tentang persoalan sehari-hari yang bersumber dari masalah sistemik hingga sejarah yang panjang atas sebuah lokasi. Cara kerjanya dipandu oleh produksi, pengarsipan, dan distribusi pengetahuan yang egaliter, independen dari kuasa media maupun sistem yang mapan. Akumassa seolah menjadi sebuah metode dan bingkai kerja bagi Otty untuk dapat membongkar kegagapan wacana besar seperti modernisme dalam praktiknya di situs-situs yang enggan dibaca oleh pandangan monolitik media arus utama. Otty lebih lanjut mendapati bahwa ranah wacana publik yang serius dan monumental seperti kolonialisme dan narasi tentang permainan ekonomi di pusat dapat berpindah dari diskusi akademik menuju perbincangan antar warga dengan bersama-sama mengorkestrasi tubuh-tubuh, baik di lokasi, maupun tubuh yang bermedia sosial, dengan pengetahuan lewat pembingkaian. Ini menjadi usaha Otty untuk mendudukkan sejarah dan pengetahuan sebagai kontestasi tanpa henti atas klaim-klaim agensi manusia yang membentuk peradaban. Otty berhasil merebut itu lewat metodologi riset dan eksekusi artistiknya, yang berakar dari cara mengetahui sejarah secara hari ini dan di sini. Solo Exhibition Otty Widasari – Partisan mencoba untuk melihat kembali gagasan tentang kesadaran media dan bagaimana aspek performativitasnya dapat dikelola menjadi sebuah aksi bersama dalam membingkai, melakukan pembesaran, dan distribusi pengetahuan secara inklusif. Ruang belajar yang digagas Otty bersama kawan-kawannya menjadi laboratorium artistik baginya dalam mengenali bagaimana narasi besar bekerja pada individu-individu yang dekat dengan kesehariannya dan publik yang disituasikan oleh teknologi media hari ini. Individu-individu yang berjejaring inilah yang menjadi para partisan, saling bertukar pengetahuan dan afeksi dengan Otty, untuk mendadar apa yang terjadi hari ini dan di sini. Para partisan yang sudah dan akan berkontribusi menawarkan pembacaan terkait dunia saat ini secara performatif pada ‘karya performans dalam proses’ yang diinisiasi Otty untuk pameran ini. Pameran tunggal ketiganya ini menjadi semacam konklusi dari proyek dua pameran tunggal sebelumnya: ”Ones Who Looked at the Presence” (2015) dan “Ones Who Are Being Controlled” (2016) yang keduanya dikuratori oleh Manshur Zikri. Pada proyek sebelumnya, Otty membedah bagaimana kedatangan teknologi media baru yang dibawa oleh kolonial menggugah gestur subjek terhadap kamera, dan selanjutnya bagaimana directing bekerja antar subjek perekam dan yang direkam. Lewat aksi melukis dalam proyek sebelumnya, Otty meletakkan arsip filem kolonial ke lanskap situasi bermedia hari ini dan di sini. Solo Exhibition Otty Widasari – Partisan mencoba membingkai kerja-kerja Otty Widasari membedah lapisan media selama hampir dua dekade secara konseptual. Berbasis praktik menggambar; memfasilitasi pengetahuan; dan obrolan yang menjadi kesehariannya, karya-karya video; teks; dan performans yang dihadirkan pada pameran tunggal Otty kali ini menjadi tawaran untuk publik dalam merefleksikan keseharian, jejaring pertemanan, dan keberdayaan warga yang dilengkapi oleh teknologi media hari ini menyimpan potensi untuk mengetahui dan mengurai hal-hal yang terjadi sebenarnya di balik narasi monolitik. – Solo Exhibition Otty Widasari – Partisan, dibuka pada 8 Maret 2022, pukul 18.30–21.00 WIB di Gedung Serbaguna, Galeri Nasional Indonesia (khusus undangan) dan berlangsung pada 9 Maret–8 April 2022, pukul 10.00–19.00 WIB (Dibagi dalam beberapa sesi). Dalam pembukaan, Forum Lenteng meluncurkan buku “Partisan: Teks-teks Pada Otty WIdasari” yang membedah refleksi para penulis muda yang bersinggungan dengan praktik artistik dan kerja-kerja aktivisme Otty Widasari. Presentasi Seni Performans pada karya dalam proses Otty Widasari di Solo Exhibition Otty Widasari – Partisan, diadakan dari 9 hingga 15 Maret 2022, yang menelurkan 24 karya performans. Dalam satu hari, digelar 3 sesi performans dari seniman performans yang berasal dari beberapa lokasi di Indonesia. Para seniman yang dihadirkan antara lain adalah Ferial Afiff (Bandung), Proyek Edisi (Yogyakarta), dan 69 Performance Club (Jakarta) dan Milisifilem Collective (Jakarta). Pameran ini terselenggara atas dukungan dan kerjasama Galeri Nasional Indonesia, Forum Lenteng, Milisifilem Collective, Kolektif Proyek Edisi, 69 Performance Club, Milisifilem Colective dan Ferial Afiff. Tahun Jakarta, Indonesia
2022
Solo Exhibition Otty Widasari – PARTISAN