ARKIPEL bromocorah – 7th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival

ARKIPEL bromocorah – 7th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival

Rangkaian kegiatan ARKIPEL bromocorah – 7th Jakarta International Documentary and Experimental 2019 diawali oleh pembukaan Pameran Kultursinema #6: Gelora Indonesia pada 18 Agustus 2019 di Museum Nasional. Keesokan harinya, sebagaimana niatan ARKIPEL untuk terus menyediakan ruang kritis bagi publik dan memetakan perkembangan sinema masa kini, Forum Festival yang terbagi ke dalam lima panel kembali diselenggarakan di GoetheHaus, Goethe Institut Jakarta. Setelah Forum Festival berakhir pada 20 Agustus 2019 sore, malam harinya festival filem ARKIPEL 2019 dibuka oleh penampilan berjudul “The Partisan” karya Otty Widasari dan Kelompok Teater dan empat filem pembuka dari program Kompetisi Internasional.

Pameran Kultursinema #6, yang berusaha meneliti perkembangan sinema di Indonesia, telah sampai pada periode transisi antara Orde Lama dan Orde Baru. Hal mana, dalam periode ini Gelora Indonesia diproduksi oleh Pemerintah dan melaluinya kita bisa membaca bagaimana ke-Indonesiaan dibayangkan oleh para pemimpin di Indonesia. Selain mengkurasi Gelora Indonesia, tahun ini Kultursinema juga turut memutarkan filem-filem hasil restorasi dan program yang berfokus pada Abduh Aziz. Tahun ini, Kultursinema bekerja sama dengan PFN, ANRI, dan Museum Nasional. Pameran telah berlangsung dari 18 Agustus 2019 sampai 25 Agustus 2019.

Forum Festival mengundang 15 orang panelis dari berbagai latar belakang untuk membicarakan “bromocorah” sebagai tema ARKIPEL tahun ini. Otty Widasari membuka Forum Festival dengan membawakan presentasi berjudul “bromocorah” yang membahas soal subjek-subjek bromocorah di Indonesia, posisi politik mereka, sampai pada akhirnya membahas beberapa contoh filem terkait. Dalam presentasi ini  “bromocorah” bergeser dari subjek menjadi sebuah “konsep” yang berusaha dibaca oleh ARKIPEL. Ronny Agustinus, Manneke Budiman, dan Philippa Lovatt berada dalam satu panel berusaha membongkar tema “Bromocorah: Posisinya dalam Konteks Sosial, Politik, Kultural” di Indonesia, Asia, dan Amerika Latin. Panel kedua bertema “Bromocorah dalam Estetika Filem” menghadirkan Manshur Zikri, Garin Nugroho, dan Edwin sebagai panelis. Maria Christina Silalahi, Dini Adanurani, dan Umi Lestari menjadi panelis selanjutnya, mereka berusaha melakukan studi kasus sesuai bidangnya dalam membaca “bromocorah” dalam panel bertema “Studi Kasus terhadap Fenomena Bromocorah”. Masih di GoetheHaus, keesokan harinya pada 20 Agustus 2019 Forum Festival dilanjutkan. Tema pertama hari itu adalah “Eksperimentasi Seni dan Performativitas” yang menghadirkan Irwan Ahmett, Tonny Trimarsanto, dan Jasmine N. Trice. Gorivana Ageza, Taufiqurrahman, dan Rosalia Engchuan membahas topik seputar “Redefinisi Komunitas di Era Digital”. Panel ini adalah panel penutup Forum Festival 2019. Topik-topik presentasi dan beberapa makalah yang disajikan akan diterbitkan sebagai buku di ARKIPEL 2020.

Tahun ini ARKIPEL menerima 1.232 judul filem dari 80 negara. Sebanyak 28 filem lolos untuk mengikuti Kompetisi Internasional. Dua filem di antaranya berasal dari Indonesia, Sapu Angin (2017) karya Cahyo Prayogo dan Adegan yang Hilang dari Petrus draft #4 (2019) karya Arif Budiman. Secara keseluruhan festival tahun ini menayangkan sebanyak 55 filem yang terdiri dari program Kultursinema, Kompetisi Internasional, Kuratorial, Candrawala, Presentasi Khusus, dan Penayangan Khusus. Pada 26 Agustus 2019 di Malam Penghargaan, Sapu Angin (2017) mendapat penghargaan Peransi Award. Menyusul kemudian Centar (2018) karya Ivan Marković dari Serbia dan The Love of Statues (2019) karya Peter Samson dari Inggris yang mendapatkan penghargaan Jury Award. ARKIPEL Award sebagai penghargaan tertinggi diterima oleh filem The Future Cries Beneath Our Soil atau Mùa Cát Vọng (2018) karya Pham Thu Hang dari Vietnam. Keempat juri yang menentukan terpilihnya filem untuk ketiga penghargaan tersebut adalah Hafiz, Mahardika Yudha, Akbar Yumni, dan Scott Miller Berry. Forum Lenteng Award tahun ini dianugerahkan kepada filem Blues Sides on the Blue Sky (2018) karya Rachmat Hidayat Mustamin dari Indonesia. Malam Penghargaan ARKIPEL bromocorah – 7th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival ditutup oleh performans berjudul Plague (Electron Edition) karya Theo Nugraha. Setelah ARKIPEL berlangsung, Scott Miller Berry menggelar lokakarya pembuatan filem 16mm di Forum Lenteng bersama delapan partisipan.

Tahun
2019

Jakarta, Indonesia

X