Forum Lenteng menggagas ARKIPEL sebagai refleksi atas fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya melalui sinema. ARKIPEL Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival digelar setiap tahun dan 2017 adalah tahun penyelenggaraan kelima. Nama ARKIPEL sendiri diambil dari kata archipelago yang merujuk pada istilah bahasa Indonesia, ‘nusantara’ yang muncul sejak awal abad ke-16. Nusantara yang merupakan gugusan ribuan pulau ini menyimpan sejarah panjang tentang globalisasi baik secara politik, budaya dan ekonomi. Lebih dari 500 tahun lalu, wilayah ini menjadi tujuan utama bagi para penjelajah Barat untuk menemukan wilayah-wilayah baru untuk dikuasai atau sebagai rekanan dunia dagang. Selain bangsa Eropa, bangsa Timur (Cina, Arab, dan India) telah menjadikan kawasan Nusantara ini sebagai tujuan penjelajahan dalam misi-misi dagang mereka seperti rempah-rempah dan sutra. Penjelajahan yang diharapkan terjadi selama ARKIPEL adalah penjelajahan gagasan sinematik.
Pada bulan Agustus 2017, ARKIPEL kembali hadir di Jakarta. Festival telah berlangsung di beberapa lokasi, yaitu; Ke;Kini, GoetheHaus Jakarta, Kineforum TIM, dan Gudang Sarinah Ekosistem (GSE). Tema festival tahun ini adalah “Penal Colony” yang mencoba untuk membaca perkembangan fenomena sosial politik, ekonomi dan budaya dalam bingkai sinema. Berdasarkan tema tersebut kami membagi festival dalam beberapa program; Kompetisi Internasional, Program Kuratorial, Kurator Muda Asia, Candrawala, Pameran Kultur Sinema, Presentasi Khusus, Penayangan Khusus dan Forum Festival. Total sebanyak 89 judul filem dari 80 negara diputar sejak festival filem ARKIPEL dibuka tanggal 19 Agustus, 2017. Terpilih 31 filem dari 1.722 filem yang didaftarkan dari sekitar 80 negara dari seluruh dunia untuk program Kompetisi Internasional. Perhelatan ARKIPEL Penal Colony – 5th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival ditutup pada malam penghargaan di GoetheHaus tanggal 26 Agustus, 2017.
Year
2017
ARKIPEL
Jakarta